Maret 2011


Pada pertemuan III Pendalaman APP 2011, kita mendalami Ekaristi Sumber Berbagi. Saya secara umum mengajukan pertanyaan ini: Mengapa Ekaristi itu Sumber Berbagi? Beberapa hal penting dapat dicatat tentang Ekaristi ini.

  1. Dalam Ekaristi ditujukan kepada kita bahwa Yesus Kristus adalah teladan sejati dalam hal berbagi. Dia datang ke dunia untuk berbagi. Pada malam terakhir, sebelum Dia beralih dari dunia ini, Dia memecahkan roti yang adalah tubuh-Nya sendiri. "Inilah tubuh dan darah-Ku yang dikurbankan bagimu. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku". Dengan ini Yesus mewariskan kepada kita cara berbagi yakni dengan memecahkan roti.
  2. Ekaristi adalah sakramen istimewa karena merupakan sumber rahmat yang sangat besar. Dalam Ekaristi kita menerima sumber rahmat itu sendiri, yaitu Yesus Kristus dalam kodratnya sebagai manusia dan sebagai Allah sendiri. Perjumpaan dengan Allah secara pribadi inilah yang merupakan sumber dari rahmat-rahmat lain yang siap dianugerahkan oleh Allah. Dalam perayaan Ekaristi, dengan menerima Hosti kudus, maka disitulah terkandung potensi energi ilahi yang mampu mengubah diri kita menjadi manusia baru, yang terbuka dan mendengarkan Sabda Tuhan. Dengan demikian, Ekaristi merupakan sumber rahmat untuk menjadi manusia baru dengan habitus baru yang mau dan berani berbagi dengan sesama.
  3. Di dalam Ekaristi, kita menjadikan Karya Keselamatan Allah sebagai bagian dari diri kita sendiri, karena kita mempersatukan diri dan dipersatukan dengan Kristus yang menjadi Kurban satu-satunya yang dipersembahkan kepada Allah- yaitu Kurban yang menyelamatkan umat manusia. Dengan demikian, liturgi Ekaristi menjadi sumber doa dan tujuan doa kita. Karena itu, Ekaristi dikatakan sebagai puncak kehidupan Gereja, kesempurnaan kehidupan rohani dan arah tujuan dari segala sakramen Gereja.
  4. Ekaristi juga mengingatkan kita bahwa tidak ada Keselamatan jika tidak ada Salib; dan di dalam Kristus semua salib kita menyumbangkan arti bagi Keselamatan. Di dalam Ekaristi, kita dipersatukan dengan Kristus dan ikut ambil bagian di dalam penderitaan-Nya agar dapat pula mengambil bagian di dalam kemuliaan-Nya.
  5. Di dalam Ekaristi, Kristus menyatakan pemenuhan janjiNya ketika berkata, “Akulah Roti Hidup yang telah turun dari sorga. Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya… Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman” (Yoh 6:35,51,54,57). Dengan mengambil rupa roti, Yesus membuat Diri-Nya menjadi sangat kecil, meskipun sesungguhnya, bahkan surga-pun tidak cukup untuk memuat DiriNya. Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan menjadi seorang hamba… sama dengan manusia. Dan… sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, dan sampai mati di kayu salib (Fil 2: 5-8).
  6. Di dalam Ekaristi, Tuhan memberikan kasih dan rahmat pengudusan-Nya kepada kita, yaitu pada saat kita berpartisipasi dengan aktif di dalamnya, dengan mengakui bahwa Ia adalah Tuhan, dan kita membiarkan Ia mengasihi kita dan memberikan rahmat-Nya kepada kita sesuai dengan cara yang dikehendaki-Nya. Sebaliknya, kitapun memberikan segenap diri kita kepada Tuhan. Rahmat pengudusan Tuhan akan mengubah kita menjadi orang yang paling berbahagia, karena dapat memberikan diri kita kepada Tuhan dan sesama. Kita yang lemah dan berdosa dapat diubah Tuhan menjadi kudus, dan dimampukan oleh-Nya untuk melakukan perbuatan-perbuatan kasih yang di luar batas pemikiran manusia. Dan di sinilah kemuliaan Tuhan dinyatakan!

Poin-poin penting tersebut di atas mengandaik sebuah persekutuan. Persekutuan dengan Allah dan Sesama. Berpartisipasi dalam perayaan ekaristi berarti kita juga turut berbagi. Dalam perayaan Ekaristi, persembahan seluruh umat diperstukan dengan persembahan Kristus. Dalam Ekaristi, roti yang dimiliki oleh umat beriman, dipersatukan dengan roti kehidupan yakni tubuh dan darah Kristus yang kemudian dipecahkan dan dibagikan.

Kesimpulannya, kita diberi, maka kitapun harus memberi. Kita memberi tidak harus menunggu harta yang berlimpah, tetapi kita harus bisa memberi dan berbagi dalam kekurangan kita. Bagaimana cara kita berbagi dalam kekurangan? Pertanyaan inilah yang menghantar kita sampai pada tema yang ketiga. Model berbagi dalam kekurangan adalah teladan Kristus yang dimeteraikan dalam perayaan Ekaristi. Kristus sendiri rela membagi-bagikan tubuh-Nya kepada kita sebagai wujud pemberian diri secara total. Oleh karena itu, kita harus menjadi Ekaristi menjadi contoh, model dan sumber berbagi dalam kehidupan kita sebagai umat beriman.

Aku diberi, maka aku memberi. Itulah tema pendalaman APP minggu lalu. Pada pertemuan kedua, kita mesti bertanya: BAGAIMANA AKU MEMBERI? KAPAN AKU MEMBERI? AKU MEMBERI KEPADA SIAPA? Semua pertanyaan ini akan didalami dalam tema kali ini yakni BERBAGI DALAM KEKURANGAN.

Kapan kita harus berbagi? Kita tidak perlu menunggu saat kita berkelimpahan. Sebab kecenderungan manusia dalam hidup adalah perasaan yang tidak pernah puas. Tingkat kebutuhan samakin lama semakin tinggi. Oleh karena itu, sampai menghembuskan nafas terakhir pun tetap merasa belum puas karena kebutuhan masih belum terpenuhi.

Bila kita mengolah kecenderungan manusiawi tersebut menjadi sesuatu yang lebih bermakna, maka dalam keadaan berkekurangan pun kita tetap bisa berbagi. Apa yang perlu kita teladani dari janda miskin di Sarfat dalam bacaan 1 Raj 17:7-16? Beberapa poin berikut dapat membantu kita:
  • Sikap percaya janda itu menggerakkan hatinya untuk berbagi kepada nabi Elia. Meskipun situasi ekonominya sudah diambang kehancuran, akan mati setelah menghabiskan tepung dan minyak yang masih tersisa, janda itu dikuatkan oleh SIKAP PERCAYA pada Tuhan.
  • Janda itu berbagi dengan nabi Elia dapat dipastikan karena dalam hatinya sudah tertanam RASA BELAS KASIH. Tanpa rasa belas kasih, siapa pun juga tidak peduli terhadap orang lain dan pastinya hanya mementingkan diri sendiri.
  • Memberi dari kekurangan, janda miskin kemudian dipuji oleh Yesus dalam kutipan Injil Markus 12:41-44. Memberi dari kekurangan merupakan sikap yang menuntut KERELAAN HATI dalam memberi. Kerelaan untuk berbagi, meskipun kita kekurangan.
  • Ada dua istilah yang menjadi pilihan kita. BERKELIMPAHAN DALAM KEKURANGAN atau BERKEKURANGAN DALAM KELIMPAHAN. Dua pilihan ini menuntut kita mengarahkan hidup ke arah sesuai pilihan. Bila kita pilih kehidupan bahagia, tentu saja kita memperjuangkan kehidupan Berkelimpahan dalam Kekurangan. Meskipun kita berkekurangan, kita tetap kaya dalam iman karena kita dapat berbagi. Bila ingin kehidupan yang Berkekurangan Dalam Kelimpahan, maka kita akan memilih tidak berbagi, karena kita selalu merasa kurang, meskipun kita memiliki kekayaan yang berlimpah.

Beberapa poin di atas dapat membantu kita mendalami tema pertemuan kedua yakni BERBAGI DALAM KEKURANGAN. Semoga kita sanggup berbagi meskipun kita dalam keadaan kekurangan. Amin

Pada pertemuan pertama APP 2011 Keuskupan Palangka Raya, kutipan Kitab Ulangan 26: 1-15 menjadi dasar dari permenungan kita. Apa yang menjadi fokus pendalaman kita berdasarkan kutipan tersebut? Saya secara pribadi menampilkan dua hal saja, berbeda dari bahan yang telah disusun oleh Team KLK Keuskupan Palangka Raya. Team KLK Keuskupan Palangka Raya mencoba memberi penjelasan secara umum dan membuat pertanyaan-pertanyaan penuntun. Berangkat dari itu, saya mengangkat dua hal penting yakni:

Hasil Pertama harus dipersembahkan.
Untuk merebut pasar, umumnya pabrik-pabrik roti, minuman dan perusahaan-perusahaan pembuat komputer, handphone, dan barang-barang lainnya selalu berusaha agar product pertama baik hasilnya. Product generasi berikutnya akan mendapat perhatian besar bila generasi perdana product tersebut baik dan kualitasnya terjamin. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau banyak konsumen mencari produk terbaru generasi perdana, karena itu jauh lebih baik dari pada produk baru yang bukan generasi perdana dari sebuah perusahaan.

Seorang anak tidak tahu harus bagaimana berterima kasih kepada orang tua. Oleh karena itu, dalam kebingunan dan tidak tahu harus berbuat apa, banyak dari anak-anak mempersembahkan penghasilan pertama, gaji pertama kepada orang tuanya sebagai ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Yesus dalam perjalanan misinya, melakukan mujizat pertama atas permintaan Ibunya, Maria. Peristiwa Perkawinan di Kana, Air menjadi Anggur adalah keajaiban pertama dari Yesus untuk Ibu tercinta.

Dalam bacaan yang kita dalami pada pertemuan ini dikatakan bahwa Hasil Pertama dari bumi, yang diperoleh oleh bangsa Israel setelah tiba di tanah terjanji harus dipersembahkan kepada Tuhan.

Beberapa poin di atas mungkin saja menimbulkan pertanyaan bagi kita. Apa sebenarnya maksud dari HASIL PERTAMA tersebut?

Persembahaan kepada Tuhan adalah persembahan yang harus harum mewangi. Persembahan kepada Tuhan adalah harus persembahan terbaik. Sekilas kita melihat Kain dan Habel menyampaikan persembahan. Kain mengumpulkan semua hasil-hasil yang buruk, yang busuk, yang tidak terpakai lagi yang kemudian dibakar menjadi korban persembahan. Itu tidak berkenan kepada Tuhan. Habel mengumpulkan semua hasil paling baik, ternak yang tambun, hasil bumi yang baik kemudian dibakar menjadi korban persembahan kepada Tuhan. Itulah yang berkenan kepada Tuhan.

Kita sebagai umat beriman pun harus memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Terbaik dari segala kemampuan kita, bakat, talenta, materi dan segalanya yang terbaik. Tuhan pasti berkenan bila kita memberi persembahan dengan tulus hati, tidak setengah-setengah. Tuhan pasti berkenan bila kita menyampaikan persembahan tidak memperhitungkan untung rugi.

Jadi, HASIL PERTAMA dalam hal ini sesungguhnya merujuk pada HASIL PALING BAIK.

Persembahan Persepuluhan
Bagaimana praktek persepuluhan dalam Gereja Katolik?

Saya mengajak kita untuk melihat beberapa dasar yang berbicara tentang persembahan umat beriman Katolik:

Dalam Katekismus Gereja Katolik no. 2041-2043 kita bisa melihat kelima perintah Gereja Katolik. Dan, di bawah kelima perintah Gereja tersebut, ditambahkan: “Umat beriman juga berkewajiban menyumbangkan untuk kebutuhan material Gereja sesuai dengan kemampuannya” (Katekismus Gereja Katolik, no. 2043). Jadi, Gereja Katolik mewajibkan umat beriman untuk memberi persembahan, tetapi tidak menentukan jumlahnya.

Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici) juga mengatakan:

“Kaum beriman kristiani terikat kewajiban untuk membantu memenuhi kebutuhan Gereja, agar tersedia baginya apa yang perlu untuk ibadah ilahi, karya kerasulan serta amal kasih dan nafkah yang wajar bagi para pelayan rohani” (Kan. 222 #1).

“Mereka juga terikat kewajiban untuk memajukan keadilan sosial dan juga, mengingat perintah Tuhan, membantu orang-orang miskin dengan penghasilannya sendiri” (Kan. 222 #2).

“Dalam menggunakan hak-haknya kaum beriman kristiani, baik sendiri-sendiri maupun tergabung dalam perserikatan, harus memperhatikan kesejahteraan umum Gereja dan hak-hak orang lain serta kewajiban-kewajibannya sendiri terhadap orang lain” (Kan. 223 #1).

Berdasarkan dua dokumen di atas, kita tidak menemukan bahwa persembahan umat beriman harus berjumlah sepersepuluh dari penghasilannya. Yang kita temukan di sana adalah bahwa setiap umat beriman WAJIB memberikan persembahan sesuai dengan kemampuannya, tidak ditentukan jumlahnya.

Kalau demikian, bagaimana kita memahami persepuluhan yang sering disebutkan dalam Kitab Suci?

Saya mengajak anda semua untuk membaca rujukan ini, yang telah dituliskan oleh Team Carmelia di websitenya. Semoga rujukan ini semakin memperkaya kita semua.

Dalam konteks iman kita di Keuskupan Palangka Raya, memberikan persembahan tidak perlu menghitung jumlahnya tetapi utamakan ketulusan dari memberi. Memberi dari kekurangan adalah jauh lebih baik memberi dari kelimpahan. Oleh karena itu, jangan ada rasa berdosa bila tidak memberi dalam jumlah yang banyak karena tidak sanggup. Tapi merasa bersalahlah kalau hanya memberi dalam jumlah sedikit dalam kelimpahanmu.

HASIL PERTAMA dan PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN inilah yang menjadi inti pertemuan pertama kita pada pendalam APP 2011. Dua hal ini membantu kita dalam memahami bagaimana harus berbagi kepada saudara-saudara kita yang miskin dan lemah. Dua hal ini menuntun kita bagaimana harus memberi dengan ketulusan tanpa memperhitungkan untung dan rugi. Dan dua hal ini pula yang memberi gambaran kepada kita siapa-siapa saja yang perlu mendapat hasil dari persembahan yang kita berikan.

Pendalaman Aksi Puasa Pembangunan 2011 Keuskupan Palangka Raya bertemakan "Mewujudkan dan Mengamalkan Iman kita. Tema ini merupakan penjabaran dari Tema APP Nasional 2011 "Kesejatian Dalam Mewujudkan Diri" dan diterjemahkan ke dalam kondisi Keuskupan Palangka Raya "Mewujudkan dan Mengamalan Imank Kita: Mari Berbagi.

Tema ini akan diperdalam dalam empat kali pertemuan dengan tema-tema sebagai berikut:
Pertemuan I: Aku diberi, maka aku memberi (Ul 26:1-15)

Pertemuan II: Berbagi dalam kekurangan (1Raj 17:7-16)

Pertemuan III: Ekaristi Sumber Berbagi (1 Kor 11:17-34)

Pertemuan IV: Komunitas Kristiani Komunitas Yang Berbagi (Lukas 18:18)

Bagaimana kita mendalam keempat tema tersebut di atas dalam pertemuan-pertemuan bersama? Saya sebagai salah satu Team Pastoral Paroki Katedral St. Maria Palangka Raya mencoba memfasilitasi agar pendalaman kita dapat menghasilkan buah. Dalam hal ini, saya mencoba bersharing bersama saudara-saudara sesuai dengan tujuan pendalaman yang kita laksanakan. Semoga dapat membantu.

Pemberdayaan Kesejatian Hidup merupakan Tema Besar Aksi Puasa Pembangunan Nasional 2007-2011. Tema ini akan didalami melalui Tema Tahunan yang kemudian dipecahkan dalam sub-tema per pertemuan. Tema ini begitu penting sehingga dalam pemahamannya dibutuhkan waktu 5 tahun untu merenungkannya secara lebih mendalam, dengan melihat keseluruhan aspek kehidupan dalam perwujudan pemberdayaan kesejatian hidup itu sendiri.

Pada tahun 2007, Pemberdayaan Kesejatian Hidup didalami dalam konteks Hubungan Sosial. Hubungan sosial yang tidak harmonis akan melahirkan berbagai macam persoalan yang mengakibatkan kita sebagai manusia kehilangan kesejatian hidup. Hubungan Sosial didalami mulai dari komunitas kecil hingga meluas kepada kehidupan bermasyarakat. Mulai dari Keluarga sebagai basis kesejatian hidup beriman hingga kepada masyarakat luas dalam konteks sosial yang lebih luas.

Pada tahun 2008, Kesejatian Hidup didalami dalam konteks Pemberdayaan Lingkungan Hidup. Lingkungan Hidup merupakan bagian penting dari kehidupan yang harus diberdayakan. Lingkungan Hidup adalah Lingkungan pergaulan manusia, mulai dari relasi keluarga terdekat sampai dengan relasi yang lebih luas. Pergaulan ini dilandasi oleh: sikap solidaritas, hormat, cinta, dan memperjuangkan kepentingan bersama. Lingkungan Hidup juga merupakan Lingkungan ruang dan tempat kita hidup, dikelola dan ditata menjadi tempat nyaman untuk semua. Lingkungan Hidup tersebut meliputi Lingkungan alam : udara, laut, darat, dan air dijaga kelestariannya sebagai kekayaan hayati demi generasi yang akan datang.

Pada tahun 2009, Kesejatian Hidup di dalami dalam konteks Pemberdayaan Hubungan Antar Umat Beriman. Hal ini menyangkut sikap toleransi antar umat beragama. Pendalamannya dimulai dari diri sendiri sebegai umat beriman, yang kemudian meluas kepada umat beriman yang berbeda kepercayaan. Hal ini penting karena bila sikap toleransi tidak tercipta, keamanan hidup tidak pernah terwujud dan tetap tinggal sebagai harapan semu belaka.

Pada Tahun 2010, Kesejatian Hidup di dalami dalam konteks Kerjasama Memerangi Kemisikinan. Tahun 2010 kita diajak melihat kelemahan-kelemahan selama ini yang belum terselesaikan dengan baik, secara khusus dalam konteks kesejahteraan bersama. Memperjuangkan kesejahteraan bersama atau memerangi kemiskinan menuntut kerjasama yang baik. Bagaimana kita dalam kebersamaan, dalam bekerja sama, dalam hidup bersama didalami secara terperinci pada tahun 2010.

Pada Tahun 2011, Kesejatian Hidup didalami dalam konteks Mewujudkan Diri Menuju Perwujudan Komunitas. Bagaimana kita mendalami Tema ini dalam beberapa pertemuan, akan berlanjut saya tuliskan dalam kategori ini pada halaman-halaman berikut.

Saya sengaja menampilkan keseluruhan Tema APP 2007-2011 supaya dalam setiap pertemuan, konsep pemahaman kita tetap satu yakni pada Tema Umum PEMBERDAYAAN KESEJATIAN HIDUP.

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget