Pendalaman APP II 2018: Hidup Rukun Sesama Ciptaan Allah
Hidup rukun adalah saling menghormati dan menyayangi antar sesama manusia. Hidup rukun merupakan keharusan dalam sebuah komunitas, baik komunitas kecil maupun besar. Suatu komunitas, berarti tempat berkumpulnya manusia yang di dalamnya dihiasi oleh perbedaan-perbedaan. Munculnya perbedaan inilah yang menjadi tujuan yang harus didalami pada pertemuan kedua pendalaman Aksi Puasa Pembangunan II tahun 2018, dengan topik "Hidup Rukun Sesama Ciptaan Allah".
Pertemuan pertama menegaskan kepada kita bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dalam keutuhan. Keutuhan yang dimaksud adalah bahwa sesuatu diciptkan tidak terpisah dari yang lainnya. Keberadaan sesuatu merupakan pelengkap bagi keberadaan yang lain. Namun, apakah Allah meciptakan segala sesuatunya sama?
Kita mengenal adanya "yang hitam" sebagai pembeda bahwa ada "yang putih". Kita mengenal adanya "yang keras" sebagai pembeda bahwa ada "yang lembut", demikian seterusnya sehingga kita dapat melihat perbedaan yang ada sebagai pengakuan keberadaan yang lain. Tanpa keberadaan pembeda, keberadaan yang lainnya tidak atau sulit diakui.
Pada pertemuan kedua, Allah menegaskan kepada kita bahwa segala ciptaan-Nya diberikan kemampuan yang berbeda-beda. Manusia diciptakan dengan segala akal budinya untuk membedakan bahwa ada makhluk ciptaan lain yang tidak memiliki akal budi. Ciptaan yang memiliki akal budi mampu berpikir dan memilih yang baik dan buruk untuk diri-Nya. Oleh karena kemampuan berpikir itu, sasaran pertemuan kedua ini lebih ditujukan kepada manusia sebagai ciptaan yang berakal budi.
Bagaimana manusia diciptakan? Allah memberikan akal budi dengan dibekali oleh talenta yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya. Bacaan Kitab Suci, Matius 25:14-30, Perumpamaan Tentang Talenta menjadi contoh yang sangat jelas bagi manusia sehingga pada akhirnya harus mengakui perbedaan. Keragaman yang ada diciptakan untuk menyempurnakan satu sama lain. Seorang dokter diberi keahlian yang tidak dimiliki oleh seorang notaris. Sorang pastor diberi keahlian yang tidak dimiliki oleh seorang akuntan. Demikian seterusnya hingga semua diberi keahlian sesuai dengan pembawaan atau bakat sejak lahir. Tidak pernah ada yang sama. Masing-masing memiliki tingkatnya.
Mengapa harus hidup rukun? Ketiadaan kerukunan akan menimbulkan sikap-sikap yang tidak membangun. Seseorang bisa saja melihat perbedaan yang lain sebagai musuh atau saingan yang harus dihancurkan, dimusnahkan. Kelebihan orang lain dilihat sebagai musuh utama dalam kehidupannya. Sebaliknya, bila kerukunan ada, maka setiap orang melihat kelebihan yang dimiliki oleh orang lain sebagai berkat dalam hidupnya. Kehadiran orang-orang yang memiliki keahlian merupakan sarana untuk memperoleh keahlian juga. Intinya, kehadiran orang lain yang berbeda dengan kita merupakan penyempurna keberadaan kita.
Maka, sangat tepatlah pendalaman APP II ini mengetengahkan tema "hidup rukun". Hanya dengan hidup rukun, manusia mampu memaknai keutuhan ciptaan dalam kasih Allah. Manusia akan menghargai segala ciptaan meskipun ada perbedaan diantara mereka. Dengan menghargai satu sama lain, berarti manusia pun telah menghargai Allah sebagai sumber segala ciptaan.
Pertemuan pertama menegaskan kepada kita bahwa Allah menciptakan segala sesuatu dalam keutuhan. Keutuhan yang dimaksud adalah bahwa sesuatu diciptkan tidak terpisah dari yang lainnya. Keberadaan sesuatu merupakan pelengkap bagi keberadaan yang lain. Namun, apakah Allah meciptakan segala sesuatunya sama?
Kita mengenal adanya "yang hitam" sebagai pembeda bahwa ada "yang putih". Kita mengenal adanya "yang keras" sebagai pembeda bahwa ada "yang lembut", demikian seterusnya sehingga kita dapat melihat perbedaan yang ada sebagai pengakuan keberadaan yang lain. Tanpa keberadaan pembeda, keberadaan yang lainnya tidak atau sulit diakui.
Pada pertemuan kedua, Allah menegaskan kepada kita bahwa segala ciptaan-Nya diberikan kemampuan yang berbeda-beda. Manusia diciptakan dengan segala akal budinya untuk membedakan bahwa ada makhluk ciptaan lain yang tidak memiliki akal budi. Ciptaan yang memiliki akal budi mampu berpikir dan memilih yang baik dan buruk untuk diri-Nya. Oleh karena kemampuan berpikir itu, sasaran pertemuan kedua ini lebih ditujukan kepada manusia sebagai ciptaan yang berakal budi.
Bagaimana manusia diciptakan? Allah memberikan akal budi dengan dibekali oleh talenta yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuannya. Bacaan Kitab Suci, Matius 25:14-30, Perumpamaan Tentang Talenta menjadi contoh yang sangat jelas bagi manusia sehingga pada akhirnya harus mengakui perbedaan. Keragaman yang ada diciptakan untuk menyempurnakan satu sama lain. Seorang dokter diberi keahlian yang tidak dimiliki oleh seorang notaris. Sorang pastor diberi keahlian yang tidak dimiliki oleh seorang akuntan. Demikian seterusnya hingga semua diberi keahlian sesuai dengan pembawaan atau bakat sejak lahir. Tidak pernah ada yang sama. Masing-masing memiliki tingkatnya.
Mengapa harus hidup rukun? Ketiadaan kerukunan akan menimbulkan sikap-sikap yang tidak membangun. Seseorang bisa saja melihat perbedaan yang lain sebagai musuh atau saingan yang harus dihancurkan, dimusnahkan. Kelebihan orang lain dilihat sebagai musuh utama dalam kehidupannya. Sebaliknya, bila kerukunan ada, maka setiap orang melihat kelebihan yang dimiliki oleh orang lain sebagai berkat dalam hidupnya. Kehadiran orang-orang yang memiliki keahlian merupakan sarana untuk memperoleh keahlian juga. Intinya, kehadiran orang lain yang berbeda dengan kita merupakan penyempurna keberadaan kita.
Maka, sangat tepatlah pendalaman APP II ini mengetengahkan tema "hidup rukun". Hanya dengan hidup rukun, manusia mampu memaknai keutuhan ciptaan dalam kasih Allah. Manusia akan menghargai segala ciptaan meskipun ada perbedaan diantara mereka. Dengan menghargai satu sama lain, berarti manusia pun telah menghargai Allah sebagai sumber segala ciptaan.