Desember 2007

Yesaya: 7:10-14; Roma 1:1-7; Mat 1:18-24
“Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikan Tuhan kepadanya.”

Seperti Maria yang menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel, demikian juga Jusuf. Yusuf juga menerima kabar gembira tentang kelahiran Yesus Kristus. Kalau Maria menerima kabar dari Malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung Yesus sang Juruselamat dari Roh Kudus tanpa mengenal seorang suami, Yusuf menerima kabar dari Malaikat bahwa ia akan menjadi ayah dari sang Juruselamat tanpa menyentuh Maria yang menjadi ibu anak itu. Kalau kita perhatikan baik-baik, kita akan menyaksikan bahwa reaksi Yusuf dalam kisah Injil hari ini tidak banyak berbeda dengan reaksi Maria. Yusuf pasti bingung sekali mendengar kata-kata Malaikat itu: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.” Meskipun bingung, Yusuf bangun dari tidurnya dan “berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan kepadanya.”

Karena kesediaan Maria dan Yusuf menerima rencana kehendak Tuhan, maka terwujudlah janji Tuhan, lahirlah sang Juruselamat, Yesus Kristus, Immanuel, Tuhan beserta kita. “Menerima kehendak Tuhan” merupakan kata-kata kunci yang ikut menentukan kelahiran Yesus Kristus. Dengan menerima dan melaksanakan kehendak Tuhan, Maria dan Yusuf telah memberi kita contoh dan teladan dalam mempersiapkan dari bagi kedatangan Yesus Kristus, Juruselamat ke dalam hati kita masing-masing tidak hanya pada hari Natal, tetpai juga kedatangan Yesus dalam hidup kita sehari-hari.

Menerima dan melaksanakan kehendak Tuhan, bukan suatu perkara yang mudah. Memahami kehendak Tuhan saja sudah sulit setengah mati, apalagi kalau harus menerima dan melaksanakannya. Kalau kehendak Tuhan bahwa saudara atau saudari mendapat undian berhadiah entah sebuah mobil mewah atau uang ratusan juta rupiah, tidak ada yang berkeberatan. Hal itu sangat mudah dipahami apalagi diterima dan dilaksanakan. Semua orang pasti mau. Tetapi bagaimana kalau kehendak Tuhan itu terungkap dalam sesuatu yang tidak enak, bahkan yang sangat menyakitkan seperti derita karena penyakit atau kegagalan dalam mencari pekerjaan dlsb. Kalau dapat undian, orang tidak bertanya, kenapa Tuhan membiarkan saya menerima undian ini? Apa jasa saya? Tetapi kalau menghadapi suatu derita, orang pasti akan bertanya, “kenapa Tuhan membiarkan saya mengalami derita seperti ini? Apa dosa saya sehingga Tuhan membiarkan derita ini menimpa saya?” Dan mungkin masih ada pertanyaan yang lain. Orang bisa menggugat dan bahkan menghojat Tuhan, namun pasti Tuhan tidak akan kirim sms untuk menjawab semua pertanyaan itu. Jawabannya sudah jelas dan tanggapan kita pun sudah sangat jelas seperti diperlihatkan oleh Maria dan Yusuf. Mungkin derita yang harus ditanggung oleh Maria dan Yusuf tidak sebanding dengan derita yang kita tanggung saat ini. Namun baik Maria maupun Yusuf sedikitpun tidak mengeluh dan berontak kepada Tuhan. Kehendak Tuhan harus diterima dan dilaksanakan tanpa kompromi. Karena tidak seorangpun yang berkuasa untuk membatalkan kehendak Tuhan. Tuhan itu mahakuasa, tapi Tuhan pun mahabaik dan mahakasih.

Ada orang Katolik yang mogok ke gereja dan tidak mau berdoa lagi, karena doa-doanya tidak pernah dikabulkan. Mereka ngambek kepada Tuhan. Apakah dengan ngambek, lalu Tuhan bilang, “udahlah jangan ngambek. Nih, Aku kasih kamu apa yang kamu minta.” Jangan kita mencobai Tuhan, karena Tuhan adalah seorang pendidik ulung.  Tuhan tidak akan memanjakan umatNya. Tuhan menuntut kesetiaan iman umatNya. Yesus pernah bersabda: “Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat” (Mat 24:13). Juruselamat pasti akan datang untuk membawa selamat kepada orang yang setia menantinya. Mari kita menghayati semangat Adven ini juga dalam hidup kita sehari-hari. Apa pun yang terjadi dalam hidup kita, Tuhan pasti akan datang segera. Amin.

Bacaan: Yes 11:1- 10; Rm 15: 4 - 9; Mat 3: 1 -12
“Persiapkan jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.”

Dalam sebuah peristiwa kebakaran di Jakarta, ada seorang bapak ditemukan mati bersama barang-barang yang mau diselamatkan. Pada hal sebelumnya orang sudah berteriak memanggil bapak itu untuk segera keluar, karena api sudah makin membesar dan hanya dalam hitungan detik rumah itu akan dilalap habis oleh si jago merah. Saat begitu kritis ia masih memikirkan harta bendanya. Akibatnya tidak hanya harta bendanya, tapi nyawanya pun ikut melayang. 
Ilustrasi dari covesia.com
Pada hari Minggu kedua Adven kita ditempatkan pada saat dan situasi yang amat kritis. Kita berada dalam situasi seperti bapa yang diceritakan tadi. Pilih harta atau selamat. Bagi Yohanes Pembaptis situasinya sudah amat kritis. Karena itu Yohanes Pembaptis tidak main-main dalam memperingatkan bangsa Israel. Kapak sudah tersedia pada batang pohon. Kalau tidak menghasilkan buah pertobatan berarti binasa. Pisau sudah ditodongkan di batang leher kita. Mau bertobat atau mati. Tobat atau nyawa. Itu berarti tobat sudah tidak bisa ditunda lagi.

Yohanes Pembaptis tidak sekedar mengancam. Seruannya itu lahir dari sebuah hati yang penuh kasih, karena betapa Yohanes Pembaptis sangat mendambakan supaya kita pun menikmati Kerajaan Allah yang akan segera datang itu. Kerajaan Allah adalah Kerajaan kasih, sukacita dan damai sejahtera. Nah, kerajaan Allah dalam artinya yang demikian hanya bisa terwujud dalam hidup kita, dalam keluarga kita, kalau kita sungguh-sungguh bertobat atas dosa-dosa kita.

Kerajaan Allah akan terwujud dalam keluarga kita, kalau kita berusaha memperbaiki sikap dan perilaku kita terhadap satu sama lain. Boleh jadi selama ini kita begitu emosional entah terhadap suami, isteri atau anak-anak. Sehingga dalam keluarga kita sering terjadi keributan yang menyebabkan Kerajaan Allah tidak bisa hadir dalam keluarga kita. Nah, sekarang waktunya untuk bertobat, berusaha mengendalikan emosi supaya terhindar keributan dan pertengkaran. Maka kerajaan Allah akan terwujud dalam keluarga kita. Akan tercipta suasana penuh damai seperti dilukiskan oleh nabi Yesaya hari ini. Serigala tinggal bersama domba. Macan tutul tidur bersama kambing. Anak bisa bermain dengan ular biludak dlsb.

Dalam Lingkungan dan Paroki Kerajaan Allah itu akan hadir di tengah kita, kalau ada paritisipasi aktif setiap kita. Di lingkungan pasti akan tercipta suasana yang dinamis, penuh ketawa dan optimisme kalau ada kebersamaan, ada partisipasi aktif semua warga Lingkungan. Begitu juga di Paroki kita, pasti akan tercipta suasana yang menggembirakan kalau umat ikut berpartisipasi aktif misalnya dalam koor, tatib dan tugas-tugas liturgi yang lain. Partisipasi itu hanya mungkin terjadi kalau kita mau bertobat, meninggalkan kepentingan ego kita dan tidak membiarkan diri terus dicengkeram ego kita, tanpa mau berkorban dan mengorbankan sedikit waktu untuk kepentingan bersama.

Pada tingkat masyarakat dan nasional akan terwujud kesejahteraan dan kedamaian kalau kita sebagai orang Katolik, murid Kristus terus-menerus bertobat, membaharui sikap dan perilaku kita, menegakkan kejujuran dan keadilan, disiplin dan tanggungjawab. Kalau demikian kita sudah memberikan kontribusi bagi hadirnya Kerajaan Allah di tengah masyarakat dan bangsa kita. Mari kita tanggapi seruan Yohanes Pembaptis: “Persiapkanlah jalan untuk Tuhan. Luruskanlah jalan bagi-Nya”. Amin. **P. Alex Dato'L, SVD

Bacaan: Yes2:1- 5; Rm 13:11- 14a; Mat 24:37 - 44
“Berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.”

Kita memasuki masa Adven, masa penantian kedatangan Yesus. Adven biasanya dimaknai dan dihayati sebagai masa untuk menantikan kelahiran Yesus atau kedatangan Yesus di hari raya Natal. Penghayatan makna Adven seperti itu memang benar. Namun perlu diingat juga bahwa Yesus sebetulnya datang setiap saat dalam hidup kita. Dan kalau Yesus datang pasti membawa berkat dan keajaiban. Keajaiban itu tidak harus terjadi dalam hal-hal yang luar biasa atau spektakuler, tetapi bisa juga dalam hal-hal yang biasa, namun bisa dialami secara luar biasa. Ada sebuah kisah tentang Maria Ratna yang mungkin bisa membantu kita untuk lebih memahaminya.
Maria Ratna (65 tahun), ibu dari 6 anak dan nenek dari 13 cucu, tinggal sendiri sejak suaminya meninggal. Rumahnya berukuran 2,5 x 2,5 m di daerah Pendongkelan, Jakarta, yang disewanya dengan harga Rp. 125.000 / bulan. Ruangannya sangat sederhana, ada kasur lusuh dengan beberapa bantal dan guling. Di atas meja pendek dekat kasur, ada Kitab Suci yang katanya ia baca setiap malam. “Saya sering merasa bahagia tak berhingga belakangan ini. Saya sangat bersyukur karena keadaan saya sekarang ini jauh lebih baik dari waktu-waktu yang lalu. Saya merasa mukjizat datang setiap hari dalam hidup saya. Mukjizat itu ialah kesehatan, kedamaian hati, dan menerima dengan ikhlas apa yang harus  saya jalani saat ini. Memang hanya itu yang saya minta dari Tuhan”, katanya. Maria menyambung hidupnya sehari-hari dengan mengemis di perempatan Coca-cola, Jakarta Pusat. (“Ketika Natal Tiba”, Kompas, 26 Des 2004).
Maria Ratna mengalami mukjizat dari Tuhan bukan dalam hal yang luar biasa, tetapi dalam hal-hal keseharian yang biasa. Kesehatan, kedamaian, menerima kenyataan, itu hal-hal yang amat biasa. Namun dalam terang iman ia mengalaminya secara luar biasa. Dalam terang iman ia melihatnya sebagai mukjizat dari Tuhan. Kenyataan iman itu punya makna, ibu Maria Ratna setiap hari mengalami kedatangan Tuhan dalam gubuknya yang sederhana, membawa berkat dan melakukan mukjizat. Pengalaman keajiban Tuhan itu hanya bisa terjadi, karena ibu Maria Ratna selalu berjaga-jaga, senantiasa menanti kedatangan Tuhan dalam keseharian hidupnya. Sikap berjaga-jaga itu terutama ia lakukan dengan meluangkan waktu membaca Kitab Suci setiap malam. Dengan membaca Kitab Suci setiap malam, ia mempertajam kepekaan imannya. Sehingga ia semakin peka terhadap kedatangan dan karya kasih Tuhan dalam hidupnya sehari-hari.

Menanti berarti berjaga-jaga. Kalau kita menanti kedatangan Yesus, kita harus berjaga-jaga. Yesus datang pada waktu yang tidak dapat diduga seorang pun. Yesus juga datang dalam wujud yang tidak dapat dipahami. Karena itu hal yang sangat dibutuhkan adalah kepekaan iman. Kepekaan iman akan kedatangan Yesus dalam hidup kita sehari-hari harus dibina atau ditempa secara terus-menerus. Caranya pun bisa bermacam-macam. Kita bisa melakukannya dengan meluangkan waktu setiap hari untuk berdoa, membaca dan merenungkan sabda-Nya, mengikuti kegiatan di lingkungan. Sehingga mata iman kita semakin sensitif terhadap kehadiran dan karya Tuhan dalam keseharian hidup kita, namun kita bisa mengalami dan menghayatinya secara luar biasa dengan penuh sukacita. Hari baru dan matahari yang terbit setiap hari, meskipun sangat biasa, namun dalam terang iman dapat kita terima dengan penuh sukacita sebagai satu mukjizat dari Tuhan. Begitu juga dengan kesehatan, kedamaian batin dan pengalaman lainnya dapat kita terima dan hayati secara luar biasa.

Kepekaan iman dapat dibina dan ditempa lewat perbuatan amal kasih, karena Yesus datang dalam wujud sesama yang membutuhkan kepedulian kasih kita. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” Mat 25:40. Perbuatan amal kasih kita lakukan dengan suatu kesadaran iman bahwa sesungguhnya perbuatan itu kita lakukan untuk Yesus sendiri. Kalau demikian, kita sebetulnya sudah menyambut kedatangan Yesus dalam hidup kita. Kalau kita memberi dengan penuh rasa syukur dan sukacita, kita juga pasti akan mengalami berkat dan keajaiban kasih-Nya dalam hidup kita.

Hal terpenting dalam masa penantian atau Adven adalah menanti kedatangan Yesus dalam hidup sehari-hari. Kalau setiap hari kita menanti kedatangan Yesus, kita juga siap untuk menyambut kedatangan Yesus di hari raya Natal dan kedatangan-Nya kedua di hari akhirat. Semoga di hari Natal ketika Yesus datang mengunjungi hati setiap kita, Ia menemukan pintu hati yang terbuka siap menyambut kedatangan-Nya. Semoga kita tidak menolaknya seperti bangsa Israel di Betlehem yang menutup pintu rumahnya bagi Maria dan Yosef. Semoga Yesus lahir di hati kita masing-masing. Selamat menantikan kedatangan dan kelahiran Yesus! ** P. Alex Dato'L, SVD.

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget