Maret 2017

A.  RABU ABU

Awal Prapaskah dimulai pada Hari Rabu Abu, yang tidak punya vigili. Rabu Abu itu bisa diperpanjang  sampai Sabtu sesudah Rabu abu. Dalam hitungan Masa Prapaskah, hari-hari itu, yaitu Rabu Abu, Kamis sesudah Rabu Abu, Jumat sesudah Rabu Abu dan Sabtu sesudah Rabu Abu;  dihitung sebagai satu kesatuan hari menjelang hari pertama Masa Empatpuluh Hari. Saat itulah Ritual Pemberian Abu yang dilakukan pada Rabu Abu dapat dilakukan pada tiga hari sesudah Rabu itu, bukan mendahului pada hari Selasa sebelumnya.

Pada Rabu Abu kaum beriman dengan menerima abu, memasuki masa yang diperuntukkan bagi pemurnian jiwa. Tanda tobat ini, yang berasal dari Tradisi Alkitabiah dan Gereja; berarti bahwa manusia itu pendosa yang mengakukan dosanya terbuka di hadapan Allah; dengan demikian ia mengungkapkan kemauannya untuk bertobat, dibimbing pengharapan agar Tuhan berbelaskasih kepadanya. Dengan tanda ini mulailah jalan tobat yang bertujuan menerima Sakramen Tobat sebelum Hari Raya Paskah.
Rabu Abu harus dijalani sebagai Hari Tobat dalam seluruh Gereja, dengan pantang dan puasa
Susunan Liturgi Misa Rabu Abu:
- Ritus Pembuka:
- Liturgi Sabda:  Bacaan – Penerimaan Abu – Doa Umat
- Liturgi Ekaristi
- Ritus Penutup
Adapun cara Penerimaan Abu pada selebran:
1) Selebran bisa memberikan abu pada dirinya sendiri, dibagian kepala atau dahinya.
2) Selebran bisa menerima abu dari diakon atau asisten imam
Minggu Prapaskah I adalah permulaan Masa Suci terhormat 40 hari. Penghitungan 40 hari Masa Prapaskah dihitung dari Minggu I Prapaskah s/d Kamis Putih (Masa berakhirnya Prapaskah) sebelum Misa Perjamuan Tuhan pada sore hari.

B.  Tentang VIGILI (= berjaga-jaga, saat Tirakatan)

Vigili, diadakan pada sore/malam hari untuk persiapan hari Minggu atau hari Raya yang akan dirayakan pada hari berikutnya. Vigili ini dalam kalender liturgi, disebut Ibadat Sore I, bacaannya diambil dari Hari yang akan dirayakannya.
Rumusan Vigili :
1. Vigili Tanpa Rumus Khusus
Bacaannya sesuai dengan hari yang akan dirayakannya. Misalnya:
a) Misa Sabtu Sore, memakai bacaan hari Minggunya
b) Misa Tgl. 31 Desember: Bacaan mengikuti Tgl. 1 Januari, yaitu HARI RAYA SP MARIA BUNDA ALLAH  (Jadi fokus ibadat penekanannya tidak hanya tutup tahun, tapi terlebih mengupas Hari Raya yang akan dirayakannya).
2. Vigili Dengan Rumus Khusus
      Bacaannya disiapkan khusus, berbeda dari hari yang dipersiapkan atau yang akan dirayakan
      Misalnya :
    a) Misa Sore Menjelang Hari Raya Natal
     b) Misa Malam Paskah
c) Misa Sore Menjelang Hari Raya Pentakosta

C.  MINGGU-MINGGU PRAPASKAH

1. Masa Prapaskah bertujuan mempersiapkan umat untuk menyongsong Perayaan Paskah; sedangkan Pekan Suci bertujuan (khusus) untuk memperingati Sengsara Kristus mulai dari peristiwa Kristus masuk Yerusalem.
2. Minggu Prapaskah I adalah permulaan Masa Suci terhormat 40 hari. Dalam Perayaan Ekaristi minggu ini, bisa diungkapkan, misalnya dengan prosesi masuk yang diiringi nyanyian Litani para Kudus.
 (Note : Hitungan 40 hari Masa Prapaskah: Minggu Prapaskah I s/d Kamis Putih sore menjelang Peringatan Perjamuan Tuhan Malam Terakhir. Sedangkan mulai Kamis Putih malam s/d Sabtu Suci Sore adalah masa puasa/tobat Tri Hari Suci).
3. Pada Minggu Prapaskah ke-4 (Laetare) dan pada Hari Raya dan Pesta, orgel dan alat-alat musik lain dapat dimainkan dan altar dapat dihias dengan bunga-bunga. Pada Minggu ini dapat juga dipakai busana berwarna merah muda. Hal ini bisa dimaknai bahwa di tengah-tengah kesedihan, duka cita selalu masih ada pengharapan dari Tuhan Allah kita.
4. Sejak Minggu Prapaskah ke-5, dapat memberi selubung kepada salib-salib dan gambar-gambar dalam gereja. Salib-salib tetap terselubung sampai akhir Liturgi Jumat Agung, tetapi gambar-gambar sampai awal Perayaan Malam Paskah.
(Note: Usai Ibadat Jumat Agung, Salib-salib sudah tidak terselubung lagi tetapi selubung  pada gambar-gambar atau patung baru dibuka sesaat sebelum Misa Malam Paskah dimulai).
………………………………  Bersambung.

RD. Patris Alu Tampu

Sambungan dari tes katekese hari Rabu Abu

D. PEKAN SUCI

Pekan Suci dimulai pada Hari Minggu Palma, sampai dengan Hari Kamis menjelang Misa Perjamuan Malam Terakhir. “Hari-hari dalam Pekan Suci ini, dari Senin sampai dengan Kamis, diutamakan di atas semua Hari Raya”. Sakramen Baptis dan Krisma tidak boleh diberikan pada hari-hari ini.

Dalam Pekan Suci Gereja merayakan misteri keselamatan yang diwujudkan Kristus pada hari-hari terakhir hidup-Nya, sejak Ia sebagai Al Masih memasuki Yerusalem. Masa Prapaskah berlangsung sampai dengan Kamis pekan ini. Sedangkan, Ketiga Hari Paskah: dimulai dengan Misa Perjamuan Malam Terakhir, Jumat Agung dan Sabtu Paskah, dan memuncak dalam Perayaan Malam Paskah dan berakhir dengan Ibadat Sore Minggu Paskah.

Pekan Suci dimulai pada Hari Minggu Palma, yang menghubungkan perayaan kemenangan Kristus Raja dengan pewartaan penderitaan-Nya. Pengaitan kedua aspek misteri Paskah ini harus menjadi jelas dalam perayaan dan katekese.Sejak dulu, masuknya Kristus ke Yerusalem diperingati dalam prosesi meriah; para anak-anak Ibrani menyongsong-Nya dan menyerukan “Hosana”.
Dalam setiap Gereja hanya boleh diadakan satu kali prosesi, sebelum Misa, yang dihadiri kebanyakan kaum beriman.

Dalam Prosesi Palma ini, urutannya: misdinar, Imam baru kemudian umat mengikutinya masuk ke dalam gereja, sambil mengelu-elukan, menyerukan “Hosana”. Umat mengikuti Imam, bukan sebaliknya. Menjelang gerbang/pintu masuk gereja, sekumpulan anak-anak/jemaat menyongsong sambil membawa ranting-ranting palma, dll. Sambil menyerukan hosana. Imam langsung masuk Gereja-yang masih kosong-, menuju Sakristi atau kursi imam untuk berganti pakaian. Menanti umat siap, baru melanjutkan acara..

Urutan perarakan Minggu Palma :

  1. Misdinar Pembawa wiruq/dupa bernyala
  2. Misdinar Pembawa Salib Prosesi; tanpa selubung, dihias memakai daun Palem yang telah diberkati
  3. Mengapit Salib, ada 2 orang Pembawa lilin bernyala
  4. Pembawa Evangeliarium  (bila ada)
  5. Pembawa buku Kisah Sengsara  (bila ada)
  6. Imam Selebran
  7. Umat (diawali oleh Para Petugas Liturgi Awam)

Selama prosesi hendaknya dinyanyikan oleh kor dan umat, seperti Mazmur 24 (23) dan 47 (46), atau nyanyian lain untuk menghormati Kristus Raja. Kyrie ditiadakan, perarakan ditutup dengan Doa Pembuka.

Kisah sengsara Tuhan dibawakan dengan meriah, bisa dibacakan atau dinyanyikan secara tradisional oleh tiga orang yang mengambil alih peran Kristus, Penginjil dan Umat; dalam hal ini peran Kristus dikhususkan bagi imam.

Pada pewartaan Kisah Sengsara ini tidak dinyalakan lilin, dupa, salam bagi umat dan penandaan buku tidak diadakan; hanya para diakon sebelumnya mohon berkat imam, seperti pada Injil. (Bila yang bertugas awam, tidak perlu meminta berkat. Karena ritual berkat adalah khas untuk diakon (tertahbis) sebagai petugas biasa pembaca Injil. Sedangkan bila awam yang bertugas, sebagai petugas luar biasa pembaca Injil, untuk membedakan dengan yang tertahbis tidak meminta berkat terlebih dahulu kepada selebran.

Karena manfaat rohani kaum beriman Kisah Sengsara dibawakan seutuhnya dan bacaan-bacaan sebelumnya tak boleh dilewati. Dan Setelah pembacaan Kisah Sengsara harus diadakan Homili.                          ........ bersambung

RD. Patris Alu Tampu

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget