Februari 2017

Rapat Kerja adalah rapat atau pertemuan seluruh personil yang telibat dalam suatu tim kerja. Tujuannya adalah untuk membahas segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas dalam satu periode tertentu. Dari pengertian ini, maka kegiatan yang dilaksanakan oleh Dewan Paroki Katedral St. Maria Palangka Raya pada hari Sabtu, 25 s.d. 26 Februari 2017 di Gedung Serba Guna Tjilik Riwut, komplek Gereja Katedral Palangka Raya merupakan rapat kerja seperti dimaksudkan di atas.
Media Kairos
Foto peserta Raker Dewan Paroki Katedral St. Maria Palangka Raya Periode 2017-2019
Dok. Yulius I.P. Situngkir

Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh P. Patris Alu Tampu, Pr selaku Pastor Paroki. Selanjutnya, kegiatan ini diisi dengan pemaparan spiritualitas pelayanan oleh Rm. Anton Rosari, SVD. Pelayanan merupakan pekerjaan Tuhan, bukan pekerjaan pastor atau pekerjaan manusia. Seluruh yang terlibat dalam Dewan Paroki merupakan pribadi yang mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan. Oleh karena itu sangat perlu untuk memahami spiritualitas pelayanan.

Setelah materi spiritualitas pelayanan, dilanjutkan dengan kegiatan identifikasi masalah sebagai bahan untuk menyusun program kerja. Pada sesi ini, Gregorius Doni Senun tampil sebagai pemateri. Dalam materi yang disampaikan, tercakup materi membuat rancangan anggaran untuk setiap kegiatan yang telah disusun dalam bentuk program kerja.

Rapat Kerja ini dihadiri oleh seluruh Dewan Paroki yang telah dilantik pada bulan Januari lalu, ditambah dengan utusan dari kelompok kategorial. Saat tulisan ini diterbitkan, rapat sedang berlangsung hingga besok, Minggu, 26 Februari 2017.


Komentator dalam Perayaan Ekaristi bukanlah hal yang baru. Hanya saja, di beberapa tempat di Indonesia tidak diperkenalkan tugas ini sejak awal. Tentang komentator sendiri telah disebutkan dalam Pedoman Umum Misale Romawi (PUMR) 105 b, yang berbunyi sebagai berikut:
Komentator yang, kalau diperlukan, memberikan penjelasan dan petunjuk singkat kepada
umat beriman, supaya mereka lebih siap merayakan Ekaristi dan memahaminya dengan lebih baik. Petunjuk-petunjuk itu harus disiapkan dengan baik, dirumuskan dengan singkat dan jelas. Dalam menjalankan tugas itu komentator berdiri di depan umat, ditempat yang
kelihatan tetapi tidak di mimbar.
Komentator sangat berbeda dengan pemandu ibadat (caeremoniarius) seperti yang disebutkan dalam PUMR 106. Mengenai pemandu ibadat akan kami bahas pada artikel tersendiri. Sedangkan untuk komentator, dari pengertian di atas, dapat kita sebutkan beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:

  1. Sebelum Perayaan Ekaristi dimulai, seorang komentator bertugas untuk mengucapkan selamat datang kepada umat yang hadir, mengajak untuk siap masuk dalam suasana perayaan, mengingatkan untuk menghindari segala gangguan yang mungkin terjadi (menonaktifkan handphone, mengingatkan untuk tidak keluar masuk gereja selama perayaan dan hal-hal penting lainnya yang berhubungan dengan tata tertib perayaan.
  2. Menyampaikan tema perayaan agar seluruh umat mengetahui nama perayaan dan tema (misal: Hari Minggu Biasa VIII dengan intensi-intensi misa yang ada, dll)
  3. Memberitahukan kepada umat siapa pemimpin perayaan dan konselebran yang ikut dalam perayaan.
  4. Pada saat pengumpulan persembahan, komentator dapat menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan ketertiban pengedaran kantong persembahan.
  5. Sebelum menyambut komuni, komentator bertugas untuk memberitahukan siapa saja yang diperkenankan untuk menerima komuni. (Komuni tidak diperkenankan untuk diterima oleh mereka yang belum diterima secara resmi ke dalam Gereja Katolik, anak-anak yang belum menerima komuni pertama, umat yang berhalangan menurut aturan dalam Gereja Katolik).
  6. Komentator juga memberitahukan tempat-tempat penyambutan komuni (bila dibantu oleh beberapa pelayan komuni).
Beberapa hal di atas merupakan penjabaran dari tugas komentator yang disesuaikan untuk Gereja Katedral, Paroki St. Maria Palangka Raya.

Seorang komentator tidak menyampaikan informasi di mimbar yang ada di panti imam. Sebaiknya ada mimbar kecil yang khusus, dan tidak berada di panti imam. Tempat duduk komentator adalah di bangku umat paling depan. Komentator tidak menggunakan jubah seperti lektor dan pemazmur. Komentator cukup berpakaian rapi, sopan dan layak untuk sebuah perayaan.

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget