Alkitab di Mata Voltaire

Francois Voltaire (1431-1465) adalah seorang filsuf berkebangsaan Prancis. Pikiran-pikirannya banyak dikenal oleh orang-orang kaum intelek. Ia banyak bicara soal politik, filsafat, sastra dll. Begitu pandainya Voltaire, sampai ia sangat mendewakan peran ratio dan berani berkata: “saya tidak percaya akan adanya Allah”. Sikap atheisnya begitu mendalam sehingga pada suatu saat ia berani meramal, “Alkitab adalah sebuah buku yang akan musnah”. Ketika ia mengatakan demikian, waktu itu Alkitab baru diterjemahkan dalam beberapa bahasa. Kini setelah 5 abad kematiannya,  Alkitab beredar lebih luas menjangkau berbagai bangsa dan diterjemahkan dalam ribuan bahasa yang dapat memudahkan untuk dipahami dan dihayati dalam hidup.

Dengan adanya kenyataan ini, jelas terbukti bahwa Voltaire bukanlah segala-galanya untuk semua. Ia ternyata begitu gegabah meramal dan berani menentukan suatu kepastian terhadap kemusnahan Alkitab. Ternyata ia dipermalukan oleh ungkapan sendiri. Bukanlah Alkitab yang musnah, tetapi justru teori-teorinya tentang politik dan sebagainya yang perlahan menjadi samar-samar dan hampir musnah tergusur oleh adanya teori-teori modern yang lebih aktual dan akurat. Voltaire menjadi tumbal untuk ungkapannya sendiri. Ia peramal yang gagal membuktikan kebenaran ramalannya.

Dia rupanya ia begitu enteng menyejajarkan Alkitab dengan roman-roman klasik, sehingga ia seperti cukup yakin bahwa sebagaimana roman karya sastra klasik suatu saat dapat musnah, begitupun halnya dengan Alkitab. Voltaire agaknya lupa satu hal yang dilukiskan begitu bagus oleh Yohanes dalam prolognya yakni,  “Pada mulanya adalah sabda, sabda itu bersama-sama dengan Allah, dan sabda itu adalah Allah.” (Yoh 1:1).

Kalau seandainya Voltaire tidak lebih dahulu “muak” mendalami Alkitab, barangkali ayat ini tidak akan lepas dari perhatiannya. Ayat ini tentu akan menjadi sapaan mesra yang dapat menyadarkan dia bahwa,  “Sabda itu menjadi manusia, memberi daya hidup untuk manusia dan sabda itu tetap hidup sepanjang masa”. Kalau ia sempat memahami seperti ini, ia pasti tidak gegabah untuk berani berkata yakin bahwa Alkitab adalah sebuah buku yang akan musnah.

Voltaire sudah lama meninggal. Kitalah yang masih hidup dan menjadi saksi untuk ungkapannya yang nampak “ngawur”. Kini tinggal satu pertanyaan untuk kita, mungkinkah dalam dunia yang serba gemerlap dapat muncul kembali Voltaire modern ? Hanya anda dan Tuhan yang tahu pasti !! ** Frieds Meko, SVD

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget