Hidup adalah Anugerah dari Langit Suci

Apa itu hidup ? Ah, ternyata sudah sejak dahulu begitu banyak orang berusaha untuk memberikan penjelasan tentang pertanyaan ini. Ada yang mengatakan, hidup adalah sebuah buku putih yang harus ditulis dengan baik dan rapi. Yang lain yang mengartikan, hidup adalah perjuangan yang harus dimenangkan. Lain lagi mengatakan, hidup adalah sebuah mimpi yang harus diwujudkan.

Semua pengertian ini, lebih merupakan rumusan tentang permenungan atas realitas hidup yang dijalankan setiap hari. Namun bila mengacu pada hakekat hidup dengan bertanya “Hidup itu milik siapa dan apakah artinya?”, maka tentunya jawaban kita tidak terlepas dari peran Sang Pemberi kehidupan.

Dalam konteks inilah dapat dikatakan, hidup adalah sebuah anugerah atau hadiah yang sangat istimewa dari Tuhan melalui kandungan seorang ibu. Atau dengan bahasa yang agak simbolis, hidup adalah pemberian istimewa yang diturunkan dari langit suci.

Untuk melengkapi suatu kehidupan, Sang pemberi hidup, telah menitipkan sekurang-kurangnya dua potensi dasar bagi setiap orang yang pernah dilahirkan. Kedua potensi itu adalah : Pikiran dan hati nurani. Dengan berbekal dua potensi dasar inilah, seorang anak manusia dapat mengembangkan hidupnya di dunia ini.

Karena hidup itu “anugerah” maka ia bersifat suci. Ini berarti awal dan akhir dari kehidupan berada dalam tangan Tuhan. Jadi setiap orang yang mengalami kehidupan, diberikan keleluasaan untuk menghayati hidupnya dengan bebas dan bertanggungjawab, namun tetap menyadari bahwa suatu saat hidupnya akan berakhir melalui peristiwa kematian.

Tuhan tidak bisa disogok untuk memperpanjang kehidupan ini. Hidup itu tidak tergantung pada panjang pendeknya, tetapi tergantung pada sejauh mana seseorang membuat hidupnya bermutu.

Sering orang begitu takut menghadapi kematian. Padahal baik lahir maupun mati keduanya memiliki nilai yang luhur dan suci. Kelahiran adalah pintu gerbang untuk memasuki dunia kehidupan yang fana, sedangkan kematian adalah pintu gerbang untuk memasuki dunia kehidupan yang kekal.

Namun dalam kenyataan, terjadi bahwa manusia mencoba untuk mengambil alih kekuasaan Tuhan, melalui upaya membatalkan sebuah kelahiran dengan cara aborsi dan mengakhiri sebuah kehidupan dengan cara membunuh atau dibunuh.

Keberanian manusia untuk memasuki bidang kekuasaan Tuhan seperti ini, jelas membuktikan bahwa manusia telah mengalami tragedi “kematian hati nurani”. Ia tidak lagi menyadari esensi ungkapan iman : “Timor Domini est Initium Sapientia”. (Takut akan Tuhan adalah Permulaan Kebijaksanaan).

Manusia moderen yang begitu menjunjung tinggi peran ilmu pengetahuan justru cenderung untuk bertindak “mengkhianati” Tuhan dengan cara-cara mengintervensi hak Tuhan. Keberanian “konyol” ini ternyata mendatangkan berbagai macam malapetaka dan tragedi yang silih berganti “menghajar” manusia.

Ironisnya, manusia moderen boleh dikenal sebagai manusia “super atau jenius” tetapi sayang, mereka tidak “takut akan Tuhan” untuk bisa menjadi bijaksana dalam banyak hal. Makanya tidak heran kalau terkesan, perkembangan teknologi dan Ilmu pengetahuan ternyata bukanlah jaminan kebahagiaan dan keselamatan manusia.

Jaminan kebahagiaan dan keselamatan manusia justru terletak pada sejauh mana seseorang menghayati hidupnya dengan berusaha menjaga keseimbangan antara kekuatan pikiran dan hati nurani, yang dititipkan Tuhan sejak ia memasuki gerbang kehidupan melalui kelahirannya.
Bagaimana pun, Timor Domini est Initium Sapientia mesti menjadi pegangan dalam menanggapi berbagai peristiwa hidup.**

P. Frieds Meko, SVD

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget