Dalam Injil (Lk 2:36-40) kita baca kisah tentang Hana, seorang nabi perempuan, yang menghabiskan sisa hidup pada senja usianya dengan berpuasa dan berdoa di kenisah Yerusalem. Dengan berpuasa dan berdoa, Hana menantikan kedatangan Sang Mesias yang akan membawa kelepasan bagi Yerusalem. Hana mendapatkan karunia Allah untuk boleh menyaksikan kedatangan Yesus yang dinanti-nantikan banyak orang dan ikut bersyukur kepada Allah. Hana telah memberi kita sebuah teladan yang patut dihidupi dan hidup yang patut diteladani.
Kita hidup di zaman yang ditandai oleh arus konsumerisme dan hedonisme yang amat dahsyat. Apalagi menjelang akhir tahun. Dunia penuh gemerlap kenikmatan duniawi. Media massa, baik cetak dan terlebih media elektronik sangat gencar mempromosikan hidup yang serba wah dan nikmat. Orang diiming-iming untuk memiliki produk-produk teknologi modern, yang akan menawarkan sejuta kesenangan dan kenikmatan. Kalau kita tidak awas, kita bisa terbius dan hanyut di dalamnya. Orang bisa lupa dan mengira kebutuhan manusia hanya materi. Hanya materi yang dapat membahagiakan manusia. Bahayanya, orang bisa cenderung menjadi materialis. Kita sering dengar ungkapan cewek matri atau cowok matri. Carpe diem (nikmat hidup) yang adalah falsafah hidup orang Roma zaman dahulu, dapat juga menjadi falsafah orang seperti itu di zaman ini. Maka dengan cara apa saja, entah halal atau tidak, orang berusaha mendapatkan apa yang menjadi sumber kesenangan dan kenikmatan. Sering orang tidak peduli dengan nasib orang lain. Orang jadi egois dan kadang tega mengorbankan orang lain dan kepentingan banyak orang.
Tindakan korupsi tiada hentinya meramaikan kehidupan publik bangsa kita. Tiada hari tanpa berita tentang kasus korupsi. Korupsi telah merampas hak rakyat untuk mendapatkan hidup yang lebih baik dan menyebabkan kesengsaraan rakyat yang luar biasa. Hati nurani orang telah menjadi buta untuk melihat kesengsaraan orang lain. Orang hanya memikirkan kesenangan dan kepentingan dirinya dan tidak peduli terhadap penderitaan orang lain.
Kita menyaksikan sebuah lingkaran setan yang sedang mencengkram bangsa kita. Bagaimana kita bisa ikut membantu bangsa kita keluar dari lingkaran setan ini? Kita harus mulai dari diri sendiri, yakni dengan mengikuti teladan Hana, mulai berpuasa dan berdoa. Dengan berpuasa kita mengendalikan kecenderungan konsumerisme dan hedonis dalam diri kita. Kita mengarahkan hidup kita tidak hanya pada materi, kesenangan dan kenikmatan dunia, tetapi kepada yang non materi, hal-hal yang rohaniah yang akan memberikan kepuasan sejati. Kita menyadarkan diri bahwa "manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Kalau kita berhasil mengendalikan diri dari kecenderungan konsumerisme dan hedonis, kita juga dapat mengendalikan kecenderungan negatif yang lain seperti egois, serakah, korup, tidak adil, tidak jujur dan lain sebagainya. Kita beroleh kelepasan dari belenggu dosa yang dibawa oleh Yesus sang Penyelamat kita.
Kita juga perlu banyak berdoa agar diberi kekuatan untuk dapat mengatasi bujuk rayu kesenangan dan kenikmatan duniawi. Kita harus sadar akan kelemahan dan kecenderungan kita untuk mengikuti bujuk rayuan gombal dunia ini. Semoga kita diberi anugerah ketahanan iman yang kokoh, sehingga kita pun dapat mengalahkan dunia dengan segala kekuatannya. "Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita". Dengan berdoa dan berpuasa kita juga melapangkan jalan bagi kedatangan Yesus ke dalam hati kita, sehingga seperti Hana, kitapun siap menyambut kedatangan Yesus khususnya di hari Natal. Semoga. **P.Alex Dato L', SVD.
Posting Komentar