Bunda Maria Teladan Para Legioner

Fr. Penta Lima
Bunda Maria sebagai teladan Iman dan perbuatan umat Kristiani, terutama bagi para anggota Legio. Legioner harus memiliki jiwa Maria yang luhur. Hal itu disebabkan bukan karena kita menggunakan nama Maria dalam kelompok ini, tetapi karena kita menggunakan spiritualitas dan kerasulan berdasarkan prinsip kesatuan dengan Bunda Maria sendiri.

Legio merupakan kata dari bahasa Latin yang memiliki arti tentara atau pasukan. Tentara dan senjata anggota Legio Maria bukan dari dunia ini, tetapi semuanya berasal dari Allah, melalui bimbingan Roh KudusNya, dan doa Bunda kita tercinta. Maka dari itu sudah sepatutnyalah di dalam jiwa para Legioner tertanam kepasrahan kepada Allah bersama Bunda Maria, tumbuh dan berkembang semangat untuk senantiasa memuji dan meluhurkan Allah dalam doa-doa, serta berkobar semangat untuk menyebarkan cinta kasih, kebaikan di tengah-tengah dunia.

Jika kita ingin mengubah dunia melalui kebaikan, maka ubahlah diri kita terlebih dahulu menjadi baik adanya dengan cara membina, menepa, mengasah suara hati yang merupakan tempat dimana Allah menyapa di kedalaman  hidup kita. Allah sebagai pilar, pondasi, dasar, dan pegangan hidup para Legioner dalam menghadapi tawaran kenikmatan dunia. Sementara Bunda Maria sebagai teladan hidup dalam ketajaman menggunakan hati nurani dan mendengarkan kehendak Allah. Kita semua tanpa terkecuali diajak untuk senantiasa mewartakan Injil dalam setiap detik kehidupan tingkah laku. Mempengaruhi, merasuki, menularkan orang-orang yang dijumpai dengan suatu virus, yaitu virus cinta kasih, semangat Injili, dan spiritualitas Bunda Maria. Legioner sebagai agen utama penyebaran virus itu di tengah keluarga, Gereja, lingkungan sekitar, bangsa, dan akhirnya dunia secara umum. Agar semua orang diajak untuk bisa sampai menuju Yesus Kristus melalui dan bersama Bunda Maria (Per Mariam ad Jesum).

Cinta kasih, kebaikan, semangat injili, dan spiritualitas Maria jangan dipendam seorang diri. Jika hal itu yang terjadi maka segalanya akan menguap dan menghilang ditelan waktu dan zaman serta tanpa menghasilkan buah. Tetapi semuanya itu harus diungkapkan, dibagikan, dicurahkan, dituangkan, disebarkan ke semua orang dan seluruh dunia tanpa terkecuali. Legioner sejati senantiasa berusaha meneladani Bunda Maria sebagai teladan utama beriman kepada Yesus dan bersikap sebagai seorang Kristiani sejati. Seperti yang Bunda katakan “Aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut kehendakMu”. Semangat Legio Maria adalah semangat/spiritualitas Maria itu sendiri. Di dalamnya terdapat kerendahan hati, ketaatan dan kepasrahan kepada Allah, hidup doa yang konstan dan mantap, bermati raga-puasa, kemurnian hati, pengorbanan, dan kepercayaan penuh hanya kepada Allah. Teladan Bunda Maria hanya kita dapatkan dalam refleksi yang bersumber dari Kitab Suci.

Kita mencoba merenungkan teladan Bunda Maria dalam salah satu perikop Kitab Suci yaitu Pengalaman Iman Bunda Maria Pada Pesta Perkawinan di Kana (Yoh 2:1-11). Mukjizat yang terjadi pada peristiwa perkawinan di Kana adalah mukjizat yang pertama kali dilakukan oleh Yesus. Perkawinan dapat kita artikan sebagai suatu lambang suci, persatuan antara Allah dan manusia, serta persatuan antara Bunda Maria dan Puteranya Yesus dengan Gereja dan umat. Pesta perkawinan merupakan suatu suasana sukacita. Identik dengan itu, Kerajaan Surga adalah suatu tempat yang membahagiakan manusia dan menjadi tujuan yang dirindukan oleh semua manusia.
Si empunya pesta kekurangan anggur. Mereka menjadi panik, cemas, dan gelisah. Kalau zaman sekarang bisa dikatakan sedang galau. Kejadian tersebut sesungguhnya mewakili kita sebagai manusia yang banyak memiliki kekurangan. Tiada manusia yang sempurna. Kedatangan Yesus membawa pengharapan nyata yang mengubah hidup manusia menjadi lebih baik. Tokoh sentral pada perkawinan di Kana adalah Yesus yang tampil perdana di depan umum bersama murid-muridNya. Posisi Maria berada di antara Yesus dengan para tamu undangan di pesta. Yesus adalah sang pemeran utama.

Kehadiran kaum wanita/ibu-ibu dalam suatu pesta perkawinan biasanya bukan sekedar duduk sebagai undangan yang terhormat. Mereka hadir untuk ikut membantu tuan rumah dalam urusan dapur, masak-memasak, menghias tempat pesta, menghias kamar pengantin, penerima tamu, merias pengantin. Ibu-ibu biasanya terlibat dalam seksi konsumsi dan seksi sibuk lainnya. Bunda Maria pun turut hadir dan terlibat dalam seksi sibuk pada pesta tersebut. Bunda Maria yang sebagai Bunda Allah, ibu dari Yesus Sang Penyelamat Manusia mau hadir dan berkotor tangan mengurusi urusan dapur. Maria jika mengedepankan status dan kedudukannya sebagai Bunda Allah pasti tidak akan hadir dalam pesta tersebut. Seandainya hadir pun Maria pasti hanya duduk manis menikmati jamuan pesta. Tapi semua hal itu tidak dilakukan Maria. Ia dengan segala ketulusan dan kerendahan hatinya mau membantu dan terlibat penuh. Bunda Maria hadir sebagai wujud solidaritas sosial kepada sesama.

Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada Yesus: “Mereka kekurangan Anggur” (Yoh 2:3). Minuman  anggur bagi orang Yahudi adalah minuman pokok. Kehabisan anggur adalah suatu aib. Mencoreng kehormatan keluarga besar kedua mempelai. Maria sebagai seorang ibu selalu peka memperhatikan kesulitan dan kebutuhan di sekelilingnya. Sifat keibuan Maria mendorongnya untuk mengambil inisiatif meminta kepada Yesus agar melakukan suatu tindakan yang dapat menolong si empunya pesta. Maria memiliki keyakinan dan iman bahwa Puteranya yang terkasih itu dapat melakukannya. Ia mengambil inisiatif menjadi pengantara  untuk mempersatukan kita dengan Yesus.
Ia berpaling kepada Yesus untuk mengatakan, “Mereka kekurangan anggur”. Perkataan Maria kepada Yesus dilakukannya untuk meminta perhatian Yesus bagi si empunya pesta. Si empunya pesta itu mewakili kita manusia. Sebaliknya Maria berpaling kepada kita manusia agar meminta pertolongan  kepada Yesus Sang Juru selamat. Jawaban Yesus pertama kali jika kita tafsirkan secara bebas mengartikan suatu penolakan Yesus untuk mengabulkan permohonan ibuNya.  “Mau apakah engkau daripada-Ku ibu? SaatKu belum tiba” (Yoh 2:4). Namun karena yang meminta permohonan adalah ibu tercinta, maka hati Yesus luluh dan mengabulkannya. Hal ini sebagai cerminan doa permohonan yang kita sampaikan kepada Tuhan bersama dengan Bunda Maria. Kita percaya bahwa doa-doa kita sebagai seorang Legio bersama Bunda Maria tercinta, akan disampaikan kepada Yesus PutraNya terkasih.

Perkataan “penolakan” Yesus itu dapat kita lihat dari dua sisi berbeda. Pertama, Maria sebagai ibu Yesus melaporkan kepada Yesus bahwa tuan rumah kekurangan anggur dan dengan itu mengharapkan agar Yesus mau berbuat sesuatu untuk menyelamatkan situasi krisis yang sedang dihadapi manusia. Kedua, sesungguhnya Yesus mau menjelaskan bahwa Dia hanya dan harus menjalankan kehendak BapakNya di surga. “SaatKu belum tiba”, menunjukkan bahwa masih terlalu dini mengerjakan mujizat ini. Akan tiba saatnya Ia membuktikan Kerajaan Allah sudah datang diantara mereka dan Ia akan membuat banyak mukjizat. Mukjizat terbesar adalah kebangkitanNya setelah wafat dan penebusan umat manusia.
Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu“  Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu, “Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air. Dan mereka pun mengisinya sampai penuh”. Maria dengan caranya sendiri telah menanam benih kepercayaan dalam diri para pelayan (kita umat manusia) kepada Yesus dalam hati mereka. Mukjizat menuntut iman dan kepercayaan dan harus dimulai dengan tindakan aktif dari manusia. Tanpa usaha yang digabungkan dengan doa dari manusia, maka mukjizat tidak akan terjadi.

Lalu kata Yesus kepada mereka  “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta”. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air yang telah menjadi anggur itu dan ia juga tidak tahu darimana datangnya, tetapi pelayan-pelayan yang mencedok air itu  mengetahuinya. Para tamu memanggil mempelai laki-laki dan berkata kepadanya, “Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik, akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik ini sampai sekarang“.
Hanya Maria, para pelayan, dan beberapa murid Yesus yang tahu bagaimana Yesus baru saja menyelamatkan si empunya pesta dari situasi kritis. Mukjizat juga terjadi sehari-hari dalam kehidupan umat manusia. Kita memiliki keyakinan bahwa Bunda Maria senantiasa berdoa bagi kita anak-anaknya yang berada dalam kesusahan. Bagaimana Kita menanggapi cinta kasih Bunda Maria sebagai seorang Legioner?

Kita mendalami spiritualitas Bunda Maria dalam perikop Kitab Suci ini dengan beberapa pertanyaan penuntun dan disharingkan bersama.  
1. Apa yang menarik dari peristiwa pesta pernikahan di Kana ?
2. Pengalaman iman dan sikap bijak apa yang dapat kita tarik dari Bunda Maria dalam peristiwa ini?
3. Carilah dan tuliskan secara singkat suatu pengalaman ketika kita memberikan pertolongan kepada orang yang kesusahan/miskin? Sudahkah pertolongan itu kita berikan dengan tulus? Atau masih ada keinginan untuk mendapatkan suatu balasan (do ut des)!

Fr. Penta Lima
Calon Imam Keuskupan Palangka Raya
Rekoleksi Legio Mariae, 15 Oktober 2013

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget