Menyadari Identitas Sebagai Katekis

Tangkiling, Bukit Karmel - Kairos. 
Rekoleksi Forum Katekis Se-Kota Palangka Raya yang dilaksanakan mulai tanggal 22-23 Juni 2013, yang seharusnya dihadiri sekitar 60 katekis, namun karena pelbagai aktivitas dan kesibukan hanya dihadiri sekitar 28 katekis. Jumlah yang demikian tidak menyurutkan semangat dari para Katekis yang hadir untuk terus dengan setia mengikuti rekoleksi hingga selesai. Dalam rekoleksi ini dihadirkan 2 (dua) pembicara, yakni Drs. willhelmus Y.Ndoa, M.Pd, selaku Pembimas Agama Katolik dari Kementrian Agama Propinsi Kalimantan Tengah, dan Pastor Andreas Novem M.W, O.Carm dari Paroki Maria Bunda KarmelKasongan.

Rekoleksi Forum Katekis ini mengangkat sebuah tema yang sangat menarik yaitu Peningkatan dan Penghayatan Panggilan sebagai Katekis/Guru Agama Katolik se-Kota Palangka Raya. Dalam rekoleksi yang dibagi menjadi 2 (dua) sesi ini, membahas dua tema yang sangat menarik dan bermanfaat. Drs. Willhelmus Y. Ndoa, M.Pd yang akrab disapa (Pak Wil), lebih menekankan kepada para Katekis untuk menyadari indentitas dirinya, bahwa Katekis adalah figur/contoh yang baik bagi umat dan keluarga, sehingga diharapkan melalui Rekoleksi ini, para Katekis bangkit kembali menjadi garam dan terang dunia ditengah masyarakat. Diharapkan pula pembinaan-pembinaan yang hendaknya diikuti oleh katekis adalah: Meningkatkan kualitas katekis, baik hidup pribadi maupun tugas perutusannya, meningkatkan kerjasama antar katekis, mewujudkan regenerasi dan kaderisasi katekis dengan cara membuka diri dan hati terhadap keterlibatan katekis yang masih muda dan belum berpengalaman. Dimana pembinaan tersebut bisa terjadi bilamana katekis mempunyai kesetaraan, keterbukaan dan tanggungjawab.

Dalam sesi lain, Pastor Andreas Novem M.W, O.Carm yang akrab di sapa Pastor Novem, O. Carm, mengajak Katekis untuk tidak berdiam diri, dalam arti, jangan menunggu tugas baru melaksanakan. "Katekis itu harus gelisah", ungkap P. Novem, O, Carm dengan nada lantang. Kegelisahan yang dimaksud mau terbuka tidak hanya untuk diri sendiri, melainkan terbuka untuk memikirkan hidup orang lain. Keterbukaan untuk memikirkan hidup orang lain, bisa dilaksanakan dengan sikap peduli, saling membantu, peka terhadap permasalahan yang dihadapi umat. Tantangan yang besar ini harus benar-benar di jalankan, agar tidak menjadi permasalahan dalam pribadi sebagai Katekis. Momentum ini pula dimanfaatkan oleh para Katekis untuk salingn sharing, berbagi pengalaman, keluh kesah, yang mencapai satu komitmen bersama, bahwa menjadi katekis adalah panggilan hidup, tidak semua manusia mendapat panggilan tersebut, hendaknya pula untuk dapat terlibat aktif dalam kegiatan Gereja, terbuka terhadap sesama, karena Katekis adalah ujung tombak Gereja. ** MORITA B. ELIANANDA,S.Ag

Posting Komentar

[blogger]

MKRdezign

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget