Kolekte pertama-tama merupakan wujud partisipasi umat dalam kurban Kristus. Perayaan Ekaristi adalah perayaan kurban Kristus. Dalam perayaan Ekaristi kurban Kristus dihadirkan kembali agar menjadi sumber keselamatan bagi umat. Sebagai murid Kristus kita dituntut untuk ambil bagian dalam kurban Kristus itu. “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (LK 14:27). Karena kita mengikuti Kristus yang telah lebih dahulu berkurban, memikul salib untuk kita, kita pun harus ikut berkurban bersama Kristus.
Kolekte yang kita berikan adalah kurban kita bersama Kristus. Tentu saja kita mau memberikan kurban yang terbaik untuk Kristus, karena Kristus telah banyak berkurban untuk keselamatan kita. Kalau demikian kurban persembahan kita itu harus disiapkan dengan baik dari rumah dan dalam wujud yang baik. Jangan sampai uang persembahan kita adalah uang yang mungkin sudah tidak diterima orang dalam transaksi karena sudah sobek atau lusuh sekali. Pernah ditemukan uang dalam rupa seperti itu. Itu berarti kita memberikan yang tersisa atau yang terbuang untuk Tuhan. Tuhan mendapatkan apa yang sudah tidak laku lagi bagi manusia atau tidak bisa digunakan. Mungkin pernah mendengar “teologi anjing”. Nah, anjing biasanya makan sisa-sisa dari tuannya entah tulang atau bentuk yang lain. Tuhan mungkin kita perlakukan seperti anjing, karena Dia hanya mendapatkan sisa-sisa yang terbuang. Karena itu kita harus persiapkan persembahan yang terbaik untuk Tuhan.
Jumlahnya tidak ditentukan atau dengan kata lain terserah kepada masing-masing orang. Tetapi menilik arti kedua dari kolekte yakni sebagai wujud kepedulian dan tanggungjawab terhadap kebutuhan Gereja, diharapkan kesadaran iman umat untuk memberikan sepantasnya untuk Gereja. Kalau Tuhan sudah memberikan banyak, kiranya kita mau memberi juga sebagai ungkapan syukur kita. Orang mengatakan, “Semakin banyak memberi, semakin banyak diberi”. P. Alex Dato’ L., SVD
*Kairos 2013
Posting Komentar